First step to be a better guy.
![]() |
source : http://alphamom.com/parenting/when-your-child-is-a-perfectionist/ |
Seperti yang saya pernah akui di tulisan sebelumnya, tulisan yang enih, bahwa saya adalah orang yang perfeksionis. Orang yang mana menganggap bahwa pekerjaan dengan kesalahan sedikit apapun tetaplah menjadi hasil yang cacat. Menganggap melakukan yang terbaik atau tidak melakukannya sama sekali. Apakah buruk? Apa imbasnya?
Banyak, yang paling kentara adalah tingkat produktifitas. Kadang muncul ide yang menurut pribadi brilian, tapi kalah dengan perencanaan yang memakan waktu yang lama. Lama banget, harus detil, sampai muncul ide baru yang lain. Tertumpuk, list makin banyak, tertunda, tertunda, lupa, berlalu, nothing to do, feeling useless, kalap.
Itu gambaran kecil masih dalam lingkup pribadi, orang lain?
Yoi, orang sekitar juga bakal kena imbasnya gegara ada satu orang yang kek gini (hahaha). Ya, ketika berhubungan dengan orang lain tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan. Ketika merasa sudah melakukan hal yang sempurna untuk orang lain, padahal belum tentu mereka merasakan hal yang sama. Atau sebaliknya, jangan sampai terlalu berharap pada orang lain untuk selalu memberikan apa yang diharap. Egois.
Sepaham? Oke lanjut, lantas apa yang harus dilakukan?
Pertama, realistis dan sadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia kecuali Tuhan dan lagu Andra and The Backbone. Berhentilah membandingkan, semua punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan itu tujuan Tuhan menciptakan makluk yang beragam agar dapat saling melengkapi. Tengok jari tangan kananmu, mmm kiri juga boleh, dua-duanya juga boleh dengan syarat kalau baca pakai hape, hapenya tolong diletakkan dulu di meja. Ehm, lihat 5 jari ditangan. Jari telunjuk dipakai untuk menunjuk, jari tengah paling tinggi, ibu
jari paling kuat menggenggam, jari kelingking yang paling pas untuk lubang hidung, jari
manis yang paling di sayang. Tapi apakah saya bisa memegang erat tangan seseorang dengan satu jari?
Kedua, jangan berkecil hati atas kesalahan dalam hal apapun itu. Kesalahan adalah hal yang wajar, menandakan bahwa kita masih menapak tanah. Dari kesalahan ada pelajaran yang bisa diambil, untuk introspeksi diri dan perbaikan untuk kedepannya. Mencoba untuk tidak memaksakan diri ketika dirasa sudah mencapai standar normal. Mencoba berkompromi dengan standar diri saat memang butuh istirahat. Istirahat lebih baik daripada terlarut kesedihan, penyesalan tiada akhir, hingga putus asa.
Ketiga, atur prioritas. Tidak semua hal harus dikerjakan. Tidak harus mendapat rate bintang 3 ketika main Candy Crush, termasuk main Candy Crush sendiri bukan hal penting sebenarnya. Ada prioritas lain yang mungkin lebih penting dari main Candy Crush. Mungkin main Flappy Bird. Bukan, bukan. Yang lain pokoknya, yang sekiranya penting buat Anda apa. Semangat :)))
Ini sekiranya penting, jika perfeksionis masih berlanjut mungkin perlu konsultasi kepada ahlinya. Bisa ke psikiater atau curhat ke teman yang punya basic psikolog biar rada ngirit. Bukan berarti "kurang", tidak. Tapi artinya sadar bahwa memang butuh bantuan dalam memahami cara berpikir dan menghadapi situasi. Bisa juga butuh terapi dan sugesti untuk mengurangi intensitas perfeksionisme.
Yah, begitulah.
Tapi yang saya yakini pribadi adalah tidak semua hal harus dimiliki, tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain, bersyukur dan percaya apa yang dimiliki saat ini adalah pemberian terbaik dari Tuhan. Menjadi pribadi yang lebih baik untuk diri sendiri dan orang lain.
Dengan perfeksionis orang bisa membayangkan tujuan akhir, punya gagasan yang luar biasa. Saya merasa beruntung telah dikaruniai itu, tapi belum seberuntung mereka yang bisa mengatur sifat tersebut. Bukan tak bersyukur, tapi mencoba mencapai itu (hahaha). Semoga.
0 komentar:
Posting Komentar