source : http://feh-rodrigues.deviantart.com/art/011-Metapod-561718237
Belakangan saya merasa menjadi orang asing bagi diri saya sendiri. Diri saya yang lama seperti menganggap saya yang sekarang kurang waras karena mencoba melawan, bukan lagi melarikan diri seperti biasanya. Contoh kecil saya biasanya pasif jika diajak ngobrol, saya bisa sedikit memulai. Makin menghormati keluarga, orang-orang sekitar. Berusaha Open minded, tidak semena-mena.
Dan kejadian konyol ini adalah karunia yang tak terduga sebelumnya. Semua berkat sebuah pertemuan pertama setelah 9 tahun lamanya tak disangka akan terjadi, dan berakhir menyenangkan dan melegakan.
Awal mulanya, saya kenal dengan seorang teman yang jauh disana lewat dunia maya. Ya, dunia maya. Kami berinteraksi hanya lewat teks dan menjadikannya tidak bertahan lama. Setelah sekian lamanya tak saling tukar kabar, kami berjumpa lagi dan masih di dunia maya. Kemudian, pada akhirnya kami bertemu langsung meski sebelumnya kami akhiri teks percakapan kami dengan sebuah panggilan telfon atas dasar kebingungan. Pada hari itu saya sendiri tidak begitu yakin hal ini dapat terjadi. Ada hal aneh yang membuat saya tergerak hingga senekat itu memutuskan untuk menemuinya. Saya juga belum pernah merasa seperti ini sebelumnya. Ntahlah, mungkin perasaku saja.
Dalam waktu singkat kami berada dalam percakapan normal, percakapan 2 orang yang hanya menggunakan perantara udara dan secangkir teh hangat di sore yang dingin kala itu. Saling tukar pemikiran disela opiniku yang gak penting. Tapi dia tidak begitu mempermasalahkannya. Malahan dia memberitahuku banyak hal meski tak secara langsung. Dia menyisipkan pesan tersirat dalam obrolan ringan kami. Dia beri tahu saya lebih dalam tentang kepedulian, rasa syukur, perjuangan, pengharapan, dan masih banyak lagi yang membuat saya berpikir lebih jauh. Seperti dia tahu saya orang yang baperan wkwk. Terbesit sedikit dalam pikiran saya yang seperti menemukan diri saya yang lain, bedanya dia lebih pintar dan atraktif dibanding saya. Dia mengerti saya, memahami keadaan saya, dan yang paling penting dia seperti membangkitkan rasa bangga sebagai bentuk syukur atas lebih dan kurangnya saya.
Dari hari itu mulailah muncul jawaban kegelisahan saya dalam waktu yang cukup lama. Bisa dibilang, "Ohh.. Jadi seperti ini to rasanya".
Seperti diawal, saya ragu untuk melakukan ini. Terpikir bagaimana jika nanti akhirnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, kecewa. Muncul rasa kuatir dan akhirnya berkembang menjadi ketakutan untuk memulainya. Membuat saya berpikir lagi, apakah saya akan selamanya seperti ini. Saya beranikan diri dan datang lah hari kedua, hari ketiga yang menjadikan pertemuan terakhir kami. Sesingkat ini dan jujur agak menyedihkan.
Saya yang mungkin terlalu egois kala itu, saya silau akan efek kilat darinya dan berusaha mengikat untuk kepentingan akan kesembuhan saya sendiri. Iya, itu terasa tidak adil baginya. Terlalu cepat dan juga dia mungkin belum tahu banyak sisi lain diri saya. Dan.. itulah yang membuat saya semakin kagum padanya. Dia adalah sesuatu yang berharga dan memang pantas untuk diperjuangkan, tapi bukan orang seperti saya.
Hari itu mungkin terakhir kali kita bertemu. Dia akan pindah, dia punya jalan sendiri. Yah.. paling tidak saya dapat megakhiri apa yang sudah saya mulai. Paling tidak saya berani berproses meski hasilnya belum sesuai. Hasil takkan menghianati proses, jadi ya effort-nya kurang kali. Tapi pada akhirnya saya menyadari bahwa inilah yang saya perlukan, percaya pada diri saya sendiri. Dan karena hal itulah tulisan ini ada. Baru sadar juga, masih kelihatan bergantungnya saya pada orang lain haha
Awal mulanya, saya kenal dengan seorang teman yang jauh disana lewat dunia maya. Ya, dunia maya. Kami berinteraksi hanya lewat teks dan menjadikannya tidak bertahan lama. Setelah sekian lamanya tak saling tukar kabar, kami berjumpa lagi dan masih di dunia maya. Kemudian, pada akhirnya kami bertemu langsung meski sebelumnya kami akhiri teks percakapan kami dengan sebuah panggilan telfon atas dasar kebingungan. Pada hari itu saya sendiri tidak begitu yakin hal ini dapat terjadi. Ada hal aneh yang membuat saya tergerak hingga senekat itu memutuskan untuk menemuinya. Saya juga belum pernah merasa seperti ini sebelumnya. Ntahlah, mungkin perasaku saja.
Dalam waktu singkat kami berada dalam percakapan normal, percakapan 2 orang yang hanya menggunakan perantara udara dan secangkir teh hangat di sore yang dingin kala itu. Saling tukar pemikiran disela opiniku yang gak penting. Tapi dia tidak begitu mempermasalahkannya. Malahan dia memberitahuku banyak hal meski tak secara langsung. Dia menyisipkan pesan tersirat dalam obrolan ringan kami. Dia beri tahu saya lebih dalam tentang kepedulian, rasa syukur, perjuangan, pengharapan, dan masih banyak lagi yang membuat saya berpikir lebih jauh. Seperti dia tahu saya orang yang baperan wkwk. Terbesit sedikit dalam pikiran saya yang seperti menemukan diri saya yang lain, bedanya dia lebih pintar dan atraktif dibanding saya. Dia mengerti saya, memahami keadaan saya, dan yang paling penting dia seperti membangkitkan rasa bangga sebagai bentuk syukur atas lebih dan kurangnya saya.
Dari hari itu mulailah muncul jawaban kegelisahan saya dalam waktu yang cukup lama. Bisa dibilang, "Ohh.. Jadi seperti ini to rasanya".
Seperti diawal, saya ragu untuk melakukan ini. Terpikir bagaimana jika nanti akhirnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, kecewa. Muncul rasa kuatir dan akhirnya berkembang menjadi ketakutan untuk memulainya. Membuat saya berpikir lagi, apakah saya akan selamanya seperti ini. Saya beranikan diri dan datang lah hari kedua, hari ketiga yang menjadikan pertemuan terakhir kami. Sesingkat ini dan jujur agak menyedihkan.
Saya yang mungkin terlalu egois kala itu, saya silau akan efek kilat darinya dan berusaha mengikat untuk kepentingan akan kesembuhan saya sendiri. Iya, itu terasa tidak adil baginya. Terlalu cepat dan juga dia mungkin belum tahu banyak sisi lain diri saya. Dan.. itulah yang membuat saya semakin kagum padanya. Dia adalah sesuatu yang berharga dan memang pantas untuk diperjuangkan, tapi bukan orang seperti saya.
Hari itu mungkin terakhir kali kita bertemu. Dia akan pindah, dia punya jalan sendiri. Yah.. paling tidak saya dapat megakhiri apa yang sudah saya mulai. Paling tidak saya berani berproses meski hasilnya belum sesuai. Hasil takkan menghianati proses, jadi ya effort-nya kurang kali. Tapi pada akhirnya saya menyadari bahwa inilah yang saya perlukan, percaya pada diri saya sendiri. Dan karena hal itulah tulisan ini ada. Baru sadar juga, masih kelihatan bergantungnya saya pada orang lain haha